Kamis, 25 April 2013

10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia

Teman-teman masih ingat waktu kita kecil dulu, bermain dengan teman-teman dengan beraneka ragam mainan tradisional buatan sendiri. Nah kali ini admin octavinsu, merangkum 10 Aneka permainan khas Indonesia yang unik dan menarik :
1. Congklak
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.
Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Di beberapa daerah di Sumatera yang berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak. Di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata.
Permainan ini di Malaysia juga dikenal dengan nama congkak, sedangkan dalam bahasa Inggris permainan ini disebut Mancala.
2. Yo-yo
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Yo-yo adalah suatu permainan yang tersusun dari dua cakram berukuran sama (biasanya terbuat dari plastik, kayu, atau logam) yang dihubungkan dengan suatu sumbu, di mana tergulung tali yang digunakan. Satu ujung tali terikat pada sumbu, sedangkan satu ujung lainnya bebas dan biasanya diberi kaitan. Permainan yo-yo adalah salah satu permainan yang populer di banyak bagian dunia. Walaupun secara umum dianggap permainan anak-anak, tidak sedikit orang dewasa yang memiliki kemampuan profesional dalam memainkan yo-yo.
Yo-yo dimainkan dengan dengan mengaitkan ujung bebas tali pada jari tengah, memegang yo-yo, dan melemparkannya ke bawah dengan gerakan yang mulus. Sewaktu tali terulur pada sumbu, efek giroskopik akan terjadi, yang memberikan waktu untuk melakukan beberapa gerakan. Dengan menggerakkan pergelangan tangan, yo-yo dapat dikembalikan ke tangan pemain, di mana tali akan kembali tergulung dalam celah sumbu
3. Petak Umpet
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Petak umpet adalah sejenis permainan yang bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak akan semakin seru.
Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apasaja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di setiap daerah, contohnya di beberapa daerah di Jakarta ada yang menyebutnya INGLO, di daerah lain menyebutnya BON dan ada juga yang menamai tempat itu HONG). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si "kucing" beraksi mencari teman-temannya tersebut.
Jika si "kucing" menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya sambil menyentuh INGLO atau BON atau HONG, apabila hanya meneriakkan namanya saja, maka si "kucing" dianggap kalah dan mengulang permainan dari awal. Apabila Yang seru adalah, pada saat si "kucing" bergerilya menemukan teman-temannya yang bersembunyi, salah satu anak (yang statusnya masih sebagai "target operasi" atau belum ditemukan) dapat mengendap-endap menuju INGLO, BON atau HONG, jika berhasil menyentuhnya, maka semua teman-teman yang sebelumnya telah ditemukan oleh si "kucing" dibebaskan, alias sandera si "kucing" dianggap tidak pernah ditemukan, sehingga si "kucing" harus kembali menghitung dan mengulang permainan dari awal.
Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.
Ada satu istilah lagi dalam permainan ini, yaitu 'kebakaran' yang dimaksud di sini adalah bila teman kucing yang bersembunyi ketahuan oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman kucing yang telah ditemukan lebih dulu dari persembunyiannya.
4. Dor Tap
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Dor Tap merupakan permainan yang mirip dengan Petak Umpet namun dimainkan oleh 2 kelompok. Kelompok yang lebih dulu berhasil menyebut nama lawan yang bersembunyi dapat diartikan bahwa lawan tersebut terkena tembakan. Permainan berakhir jika salah satu kelompok sudah habis tertembak.
5. Permainan Benteng

10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai 'benteng'.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’ seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing – masing.
6. Kasti
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Kasti atau Gebokan merupakan sejenis olahraga bola. Permainan yang dilakukan 2 kelompok ini menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak lawan dan tumpukan batu untuk disusun. Siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat tanpa terkena pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan. Pada awal permainan, ditentukan dahulu kelompok mana yang akan menjadi penjaga awal dan kelompok yang dikejar dengan suit. Kelompok yang menjadi penjaga harus segera menangkap bola secepatnya setelah tumpukan batu rubuh oleh kelompok yang dikejar. Apabila bola berhasil menyentuh lawan, maka kelompok yang anggotanya tersentuh bola menjadi penjaga tumpukan batu. Kerjasama antaranggota kelompok sangat dibutuhkan seperti halnya olahraga softball atau baseball.
Versi lain permainan kasti yang banyak dimainkan anak anak sekolah dasar: pemain dibagi dua regu, salah satu mendapat giliran jaga dan satu regu lagi mendapat giliran untuk memukul. Disediakan beberapa pos yang ditandai dengan tiang dimana pemain serang (yang mendapat giliran pukul) tak boleh di"gebok" atau dilempar dengan bola. Pemain serang bergiliran memukul bola yang diumpan oleh salah seoarng pemain jaga. Pemain jaga berjaga dilapangan untuk mencoba menangkap pukulan pemain serang. Ketika bola terpukul pemain serang berlari ke pos berikut atau "pulang" ke "rumah" yang dibatasi dengan sebuah garis. Kalau pemain yang sedang lari menuju pos atau pulang dapat di"gebok" dia dinyatakan mati dan kedua regu berganti - regu serang jadi regu jaga dan sebaliknya. Pemain serang yang berhasil pulang mendapat satu angka. Regu yang mendapat angka terbanyak ketika pertandingan berakhir dinyatakan menang. Permainan ini memang menggunakan gerak dasar berlari, memukul bola dengan sebuah tongkat, menangkap dan melempar. Terdiri dari 2 base dengan jarak minimal 20 meter.
7. Gasing
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Gasing / Gangsing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib.
Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
Gasing dari Jepang
Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.
8. Layang-layang
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Permainan layang-layang, juga dikenali dengan nama wau merupakan satu aktivititas menerbangkan layang-layang tersebut di udara. Pada musim kemarau di Indonesia anak-anak selalu bermain layang-layang karena anginnya besar.
 Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.
9.Balap Karung
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Balap karung adalah salah satu lomba tradisional yang populer pada hari kemerdekaan Indonesia. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.
Meskipun sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat persaingan yang tidak sehat dan sebagai kegiatan hura-hura, balap karung tetap banyak ditemui, seperti juga lomba panjat pinang, sandal bakiak, dan makan kerupuk.
Lomba balap karung juga diapresiasi oleh pendatang dari luar negeri dengan langsung terlibat dalam perlombaan ini.
10. Galah Asin
10 Aneka Permainan Tradisional Anak Indonesia
Galah asin, galasin, atau gobak sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
kalau di makassar nama nya main asing. seorang pemain bertindak sebagai peluncur (kapten). permainan ini seru melatih ketangkasan, strategi, kecepatan, dan kecerdikan.

Rabu, 24 April 2013

Permainan Tradisional Melatih Kejujuran dan Kerjasama.


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Seandainya bisa melalukan yang baik dan benar, kenapa masih melakukan yang tidak baik dan tidak benar.
Alay boleh
Gaul boleh
Se7……….tidak
Setuju……ya
Biasakan melakukan yang baik dan benar biar bisa terbawa dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau untuk berubah lebih baik.
Seandainya anak-anak sekarang masih suka main Congklak ?
Banyak jenis permainan tradisional yang harganya murah tapi bisa dipakai untuk mengajarkan sesuatu yang sangat mahal. Salah satunya adalah congklak. Ingat ‘kan permainan ini?
Bila anak kita kini sudah tidak mengenalnya lagi, saatnya kita mulai memperkenalkannya. Bila sudah mengenal, tapi kesulitan menemukan pasangan main, kita perlu member diri. Ajaklah dia main congklak. Atau, ajarkan adiknya atau kakaknya.
Meski permainan ini sederhana, tapi sangat bagus bila kita gunakan untuk melatih ketangkasan dalam berhitung atau juga sangat bagus untuk melatih hafalan.
Di samping itu, permainan ini juga bisa kita gunakan untuk melatih kejujuran. Kejujuran itu tidak bisa dibentuk dengan hanya memberi pengetahuan atau pengajaran, misalnya menyuruh harus jujur.
Yang paling dibutuhkan adalah memberi pengalaman dan pembiasaan. Ini yang akan membentuk sikap, sifat, dan karakter. Congklak adalah salah satu permainan yang melatih tentang itu.
https://www.sahabatnestle.co.id/Page/arsip/artikel/ajaklah-bermain-congklak
http://maripeduli.blogspot.com/
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mengandung Seribu Filosofi 15 Ribu Egrang Pecahkan Rekor Muri
PURWAKARTA banjir egrang. Begitu pantauan Wartawan LINGKAR JABAR, Tryas Hendrayana. Sejuta mata mengarah saat upaya pemecahan Musium Rekor Indonesia (MURI) berlangsung. Rekor 15 ribu peserta egrang terpecahkan. Terlihat semangat pengegrang melangkah menapaki bumi “Wibawa Karta Raharja”.
Perhelatan akbar ini, mencatat sejarah besar pada rangkaian kegiatan hari jadi Kabupaten ke 44 yang dikenal sebagai daerah sumber Waduk Jatiluhur. Umur ke 44 kabupaten ini berdasarkan Undang-undang Nomor 4 tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang, SK Wali Negeri Pasundan diubah dan ditetapkan Pembentukan Kabupaten Purwakarta dengan Wilayah Kewedanaan Purwakarta. Sekaligus HUT yang ke 181 bagi Purwakarta, berdasarkan masa pemerintahan Bupati R A Suriawinata atau Dalem Sholawat, pada tahun 1830, saat ibu kota dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih yang diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) Pemerintah Kolonial tanggal 20 Juli 1831 nomor 2.
Permainan tradisional Jawa Barat ini, dimulai dari Jalan Sudirman hingga finis di Jalan Kolonel Kornel Singawinata. Tepatnya sampai ke gedung kembar, Nakula – Sadewa. Sontak mendapat apresiasi seluruh warga Purwakarta. Semua peserta terlihat beratraksi di atas dua batang bambu, sembari diiringi sejumlah musik tradisional. Seperti Pencak Silat dan musik tradisional rakyat lainnya yang turut memeriahkan festival egrang tersebut.
Tidak hanya puluhan ribu peserta egrang yang menjadi perhatian masyarakat. Parade Sate Maranggi makanan khas Purwakarta yang diikuti sekitar 50 pedagang juga menjadi tontonan menarik. Termasuk pagaleran artis ibu kota yang menyuguhkan group band Pagetos serta penampilan pelawak kondang Ohank, menambah semarak festival egrang Purwakarta tahun 2012.
Penyerahan MURI disampaikan Ngadri mewakili Jaya Suprana. Menyatakan, puluhan ribu egrang telah memenuhi kota Purwakarta. Ini menggambarkan bagaimana masyarakat Purwakarta menatap ke depan menuju Purwakarta yang Istimewa. Di mana Muri mencatat, parade egrang sebelumnya dipegang oleh Majene yang mengerahkan sekitar 4.122 peserta egrang.
Setelah dinahkodai Dedi Mulyadi, Purwakarta untuk kedua kalinya menorehkan tinta di atas Piagam MURI sebagai penghargaan pemecahan rekor yang menghadirkan 14.570 peserta egrang. Tahun 2011 lalu, Purwakarta juga berhasil mengantongi rekor MURI yang telah menghadirkan puluhan ribu tumpeng.
Digelarnya festival egrang 2012 ini, kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, menjadi indikator tingginya masyarakat mengapresiasi pemerintah daerah terhadap permainan tradisional tersebut. Sebab festival egrang, merupakan perhatian Pemerintah Kabupaten Purwakarta untuk menggalakkan kembali permainan tradisional yang ada di masyarakat.
Kata Dedi, permainan tradisional tidak pernah mendapatkan tempat yang terhormat. Namun yang dilakukan oleh Pemkab Purwakarta, justru menempatkan permainan tradisional egrang di posisi yang terhormat. Yakni dalam sebuah momentum yang juga dapat dirasakan oleh seluruh warga masyarakat Purwakarta.
Melihat antusias yang ada, Dedi memastikan ke depannya telah ada sebuah unggulan bagi masyarakat Purwakarta. Yakni permainan tradisonal egrang. Purwakarta sebagai tujuan wisata di Jawa Barata, tidak saja kaya akan kuliner tapi juga kaya akan permainan tradisional. Sehingga, nantinya kabupaten ini menjadi tujuan wisata, baik wisatawan regional, nasional, maupun mancanegara.
Menurutnya, festival tersebut bukan hanya hura-hura bagi para pesertanya. Tapi juga memiliki pesan bahwa kita tidak boleh melupakan bambu yang menjadi filosofi dasar bagi masyarakat Jawa Barat. Permainan egrang, juga bermakna ketahanan air, bumi, udara dan ketahanan lainnya. “Dengan demikian, makna-makna tersebut menjadi sebuah pegangan bagi kita,” kata Dedi.
Seribu Filosofi
Egrang selain merupakan permainan tradisional, juga memiliki seribu filosofi bagi seseorang dalam meniti perjalanan dan kehidupannya. Salah satunya, keseimbangan mengendalikan egrang, mengandung arti seseorang telah mampu menjaga keseimbangan dan mampu menyeimbangkan dan menyatukan dirinya dengan alam di sekitarnya. Kecuali itu, egrang juga sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Permainan egrang, sebenarnya kaya akan filosofi. Dan yang tampak jelas, adalah mengajarkan tentang keseimbangan dan juga keberanian. Dengan bermain egrang seseorang diajarkan bahwa dalam menjalani kehidupan harus disertai dengan keseimbangan antara jasmani dan rohani. Egrang atau jangkungan juga mengandung filosofi kepemimpinan.
Bahkan menggambarkan pemimpin bangsa atau politisi yang diibaratkan berada di atas. Dengan posisi di atas, mereka mampu melihat jauh ke depan dibanding dengan rakyat yang berada di bawah. Para pemain egrang, tahu betul bahwa kontrol tetap berada ditangannya. Sensitivitasnya ada di kaki, sehingga harus mengetahui mau kemana melangkah.
Kekuatan di bawah, diibaratkan aspirasi dari rakyat yang dibawanya. Karenanya, bagi para politisi semestinya menerapkan filosofi dan konsep egrang, agar seluruh garis kekuasaan politisi tersebut bisa sampai kepada rakyat yang ada dibawahnya. Artinya pemimpin harus memiliki wawasan jauh ke depan dibanding rakyatnya.
Dalam permainan egrang, para pemain atau pesertanya harus melihat ke bawah pijakan. Sehingga langkah kakinya dapat berjalan sempurna, dan tidak terjatuh. Ini juga memiliki filosofi bagi para eksekutif (para pejabat), di mana para pejabat harus melihat ke bawah (rakyat) dan tidak berani melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan masyarakat.
Bupati juga menyatakan, ketika seseorang menaiki egrang tentu saja harus melihat ke bawah. Artinya, siapapun yang naik dan berada di posisi atas, jangan sampai melupakan yang dibawahnya. Filososi egrang, juga berlaku baik untuk jajaran eksekutif maupun legiaslatif. Karena persoalan politik, selama ini tidak lagi berdasarkan nilai kebudayaan.
Berbagai nama untuk Egrang, seperti Jawa Barat akarab dengan sebutan Egrang atau Jejangkungan. Permainan ini sejatinya sering dimainkan oleh anak-anak hampir di seluruh penjuru Indonesia. Namun dengan julukan yang berbeda-beda. Mulai dari Tengkak-Tengkak di Sumatera Barat, Ingkau di Bengkulu, Batungkau di Kalimantan Selatan hingga Tilako di Sulawesi Tengah.
Alat ke Sekolah
Kendati memiliki perbedaan nama, namun media permainannya tetap sama. Berupa permainan yang menggunakan batang kayu atau bambu yang diberi pijakan untuk berjalan. Namun egrang juga bukan hanya sekedar media untuk bermain, tetapi memiliki filosofi tersendiri. Ini menjadi dasar keyakinan Bupati Purwakarta H Dedi Mulyadi SH melestarikan permainan tradisional tersebut.
Bahkan rencananya, tahun depan Pemerintah Kabupaten Purwakarta akan mengeluarkan kebijakan baru. Di mana setiap siswa sekolah yang rumahnya dekat dengan sekolah harus menggunakan Egrang dari rumah ke sekolahnya. Kebijakan tersebut bertujuan, agar mereka menjadi siswa yang terlatih dalam menjaga keseimbangan.
“Jika dirinya sudah seimbang, maka dia akan bisa menyeimbangkan dengan alam di sekitarnya. Seperti anak-anak di Cina, mereka terbiasa menggunakan Egrang. Anak-anak tersebut, sangat mahir berjalan di atas bambu. Dengan demikian, fisik mereka menjadi lebih kuat. Dan cara anak-anak di Cina ini, perlu diadopsi oleh anak-anak Purwakarta,” kata Dedi.
Sikap itu berupa langkah konkrit agar egrang tidak hanya menjadi permainan yang dimainkan setiap setahun sekali. Melainkan dibiasakan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari itu, permainan tradisional ini tidak memgalami kepunahan. Selain itu, anak-anak juga akan memiliki fisik yang kuat dan tahan terhadap serangan penyakit.(**)
Egrang Sebagai Media Belajar
Melalui pertemuan yang inspiratif di Semarang. Forum Wedangan yang diadakan oleh AKSI (Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia) yang dilakukan oleh JRU (Jaringan Rumah Usaha) beberapa waktu yang lalu. Sulit menghapus ingatan dibenak saya betapa ada orang-orang yang sangat serius dengan kewirausahaan sosial. Bahkan hingga kinipun saya belum bisa mendefinisikan dengan baik tapi mereka malah sudah pada jalan.
Pada saat berkenalan dengan Ciciek Farha, beliau sempat menanyakan lokasi Ledokombo. “Hayo dimana Ledokombo?” Barangkali dulu googlemap-pun belum bisa mengidentifikasikan. Namun kini serasa tidak sulit jika kita mau mengetikkannya di search engine.
Keberhasilan pemperkenalkan Ledokombo dengan aktivitasnya yang cukup prestisius yaitu egrang menjadi kata kunci yang mudah diingat. Iya betul, egrang adalah mainan anak-anak yang biasanya terbuat dari bambu dan membuat anak-anak seolah menjadi orang jangkung.
Kenapa Ciciek Farha memualai dari sana? Jawaban yang betul silakan cari sendiri jika perlu kunjungi Ledokombo. Bagi saya pilihan itu bukan sekedar iseng namun penuh strategi. Mendekati anak-anak Ledokombo yang awalnya banyak ditinggal orang tuanya menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) diberbagai negara lain membuat sentuhan atau aktivitas anak-anak ini agak berbeda.
Ciciek Farha berinisiatif membuat program yang bernama tanoker (bahasa Madura = kepompong) yaitu mengajak anak-anak belajar sambil bermain dengan media egrang. Lambat laun pendidikan anak-anak di Ledokombo semakin baik demikian juga dengan perkembangan egrang. Festival engrang beberapa kali juga diadakan disana. Bahkan anak-anak dan egrangnya seringkali diundang dieven-even anak-anak secara nasional di Jakarta.
Nah untuk informasi selanjutnya silakan kunjungi Ledokombo atau minimal ke
 http://www.tanoker.org/index.php/berita/58-festival-egrang-ledokombo-jember-revitalisasi-budaya-lokal-untuk-sebuah-proses-perubahan-sosial.html
Selamat terus berjuang mbak Ciciek. Kontribusi Anda turut membangun generasi muda patut dicontoh.
http://jodijigo.blogspot.com/2012/09/egrang-sebagai-media-belajar.html
http://maripeduli.blogspot.com/
Permainan Tradisional Miliki Makna Untuk Kehidupan
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Herdiwan Iing Suranta mengungkapkan, permainan tradisional memiliki filsafah kehidupan yang berbeda dengan permainan modern dari barat.
Pasalnya, permainan tersebut memiliki makna khusus yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sosial maupun politik.
“Olahraga tradisional punya arti khusus seperti permainan Perepet Jengkol, dalam bermain atlet harus memiliki jiwa kebersamaan sehingga kaki mereka dapat bersatu sampai dengan selesai permainan. Hal itu menunjukan jiwa bergotong royong dalam kebersamaan,” terang Herdiwan kepada wartawan di sela pembukaan Lomba Permainana Tradisional (Alimpaido) Jabar 2011 di Lapangan Tegar Beriman, Cibinong Kabupate Bogor, Sabtu (17/9/2011).
Sedangkan dalam permainan Egrang, sambung Herdiwan, para atlet harus melihat ke bawah pijakan, sehingga langkah kakinya dapat berjalan sempurna dan tidak terjatuh.
“Melalui permainan Egrang ada filosofinya bahwa para pejabat harus melihat rakyatnya dan tidak korupsi saat memimpin,” tuturnya.
Dibanding permainan modern seperti game di komputer, menurut Herdiwan, justru lebih banyak tidak manfaatnya seperti kesehatan anak terganggu dan harus mengeluarkan biaya cukup besar.
“Bermain game modern uang keluar banyak dan mata rusak, tidak seperti permainan tradisional, tidak perlu biaya,” pungkasnya

Nostalgia Bersama Mainan Tradisional


Karawang (KarIn) – Dewasa ini, sulit sekali menemukan anak-anak bermain Kelereng, Panggal, Gala Asin, Gatrik dan mainan tradisional lainnya di Karawang. Sebaliknya, sangat mudah menemukan anak-anak atau bahkan orang dewasa yang mungkin ‘masa kecilnya kurang bahagia’ kini bermain Play Station, Game Online dan mainan modern lainnya. Jika ditelusuri ke berbagai pelosok di Karawang, fakta menunjukan bahwa memang belum sepenuhnya permainan tradisional atau kaulinan budak ini punah, namun semakin menurunnya kuantitas para penggemarnya menjadi ancaman tersendiri kedepannya bagi permainan yang syarat dengan nilai budaya dan manfaat ini.
Terkait fakta itulah, dalam rangka mengenalkan kembali dan memperkuat keberadaaan mainan tradisional ini, Redaksi KarIn melakukan jejak pendapat kepada Warga Karawang yang tergabung di Grup Facebook Karawang Info. Melalui jejak pendapat berupa sharing pengalaman ini, KarIn meminta warga untuk bercerita pengalamannya terutama dimasa lalu berhubungan dengan mainan tradisional ini. Hasilnya warga cukup antusias memberikan tanggapannya. Selengkapnya mari kita simak hasilnya dibawah ini :
Cabut Nyawa Aku
Yang Irfan tau mainan tradisional itu, Klereng, Congklak, Gatrik, Petak Umpet, Panggal, Ular-ularan dan Gala Santang. Terima kasih, Irfan tau cuman segitu.
Aph Mpik Sayang Amh
Play station meraja lela.. hahaha.
Dhe Luphe Arai
Maenan saya wktu kecil yaitu Lompat Karet. Kkaret dijalin hingga panjang lalu kita berusaha melewatinya. Atau juga maen bon-bonan, yaitu ada dua kelompok. .Masing-masing menjaga sebuah batu bata sebagai rumahnya. Llalu masing-masing saling mengejar, kalau kita tertangkap maka kita ditahan dekat rumah mereka menunggu dibebaskan teman. Atau permainan Jarlu (ngajajar tilu), caranya kita bikin seperti papan buat catur di tanah dengan bidaknya batu, lalu kita berusaha mejadikan batu-batu kita menjadi berjajar tiga,dimainkan oleh dua orang dan siapa yang menjajarkan duluan maka dia yang menang. Sekian yang bisa aku sampaikan. Thanks.
Sarno Khan
Namaku Sarno, umur 21thn, asal Boyolali. Kalo jenis permainan waktu kecil yang paling aku sukai adalah “go back out door” yah, permainan ini kan berasal dari penjajah belanda, jadi dari orangtua menurunkan permainan ini secara turun menurun.
Samkillers Vardbur Sumanyin Manyun
Wah baheula uing mah sok maen Gala Asin jeung barudak. Anu make cai tea geuning nyieun batesna. Resep tah, jigana mun ayeuna aya oge uing hayang maen deui uy. Komo bareng jeung babaturan awewe nu baheula. Haha.. Kabayang bareto mah laleutik keneh, ayeuna geus galede, kabayang nepak etana. Hahay. waas uy.
Rio Mushlih
Waktu kecil aku mainnya : Kelereng, Layangan, Panggal, Petak Umpet, Bon-bonan, Bancakan, Engkle, Lompat Tali (kaya anak cwe yah? tapi fun aja lagi..hehe), Karet Gelang yang dibentuk jadi apa gitu (kuburan, pesawat dan lainya) kaya Nobita..hahaa..Terus sepak bola, voli, badminton, bola basket, tenis meja, playstation, dll.
Bowo Dulur Bocor
Huh…”Mun urang mah jujur teu bisa…..tapi lamun babaturan urang pangjagona di lembur. Panggal na oge alus pisan. Dijieun tina kayu jambu atawa asem ambeh kuat.!! Moal beulah sanajan didagor keun oge. Mantap pokok na mah lah ari nempo maen panggal teh..Aajib resep… komo mun bari jeung tarohan… nu eleh titah ngagandong.. nu meunang mantab lah.
Sekarang Esok Dan Slamanya
Salam…. Langsung ajah. Disini, di daerah Perum CKM City masih banyak anak-anak yang mainin mainan tradisional sperti Pletokan dan Layangan juga yang lainnya. Dan jangan salah, anak-anak disini pada bikin Pletokannya sendiri, kalo layangan gak tau tuh! Hehe… Tu sih menurut pandangan gw di sekitar home. Jadi masih ada anak-anak yang mainin mainan tradisional kan?
Dady Noerjati
Selain yang disebutin diatas, saya waktu kecil suka maen : Petak Umpat, Engkle, Orai-Oraian, Pedang-Ppedangan, Perang-Perangan, Maen Dampu, Maen Ludo, Das-dasan, Jarlu, Ular Tangga, Luncat Tinggi (pake karet geulang).
Tha Tata Liemz
Maenan masa kecil gw yang paling seru itu Bon-Bonan. Mmaen kejar-kejaran yang asik dimana dalam permainannya dibagi jadi 2 tim,dengan batu kecil sebagai pos pusat. Kita berlomba-lomba saling mengejar dan menangkap musuh sampe sedikit jumlahnya setelah itu kita rebut batu kecil pos pusat mereka dan ucpkan “booooon!!”
Zie Arteric
Mungkin ini yang sering mereka sebut modernisasi..Menghilangkan adat istiadat mengganti dengan tekhnologi. Beuh menyedihkan. Masa kecil aku dulu mungkin sama dengan berjuta-juta Rakyat Karawang yang ada. Galashin, Koleci, Meng-mengan, Panggal, Pepestolan dari batang pohon pisan, dll. Mungkin memang sekarang kita sulit menjumpainya. Tapi, Alhamdulillah adik-adik kandungku masih bermain seperti yg aku mainkan sewaktu kecil. Intinya.. tanamkan sejak kecil, kita ini anak Indonesia!
Fajar ‘jhon’ Daqqi
Gue Fajar. Usia 17thn. Gue inget masa kecil gw, dulu sering main Galaasin bareng temen-temen gw : Yudhiz, Sandy, Tia, Reza, Adi, Ririn, Asep, banyakan dah. Kepengen main kaya dulu lagi, tapi sekarang gue jarang ngeliat ada anak kecil main kayak gitu. Bahkan adik gue yag SD gak tau mainan itu.
Zoel D’banditz Sgr
Panggal masih aya kok di daerah saya..masih banyak anak-anak yang memainkannya..
Andika Nakal Tetap Biru
Aduh… Maen panggal paling sedih kalau jadi “kocit” (yang paling bawah) gak bisa meupeuh (mukul). Pinging maen “Bol” lagi….maen di lapangan atau lamporan (tempat bikin kering padi d jemur matahari),dengan 2 tim yg masing-masing minimal 6 orang, dengan tanda batu bata di masing-masing tim. Cara mainnya masing-masing anggota tim mencoba menyentuh tanda (batu bata) lawan, jika menyentuh tanda tim lawan anggotanya diambil musuh. Sekarang udah punah kang….pingin banget maen kaya gitu lagi!!
Odon Mukhlis
Di Batujaya sih masih ada yang main panggal dan kelereng.
IiLz NOe YUnz
Kang, di daerah saya tinggal sih Alhamdulillah permainan tradisional masih lestari.Seperti Panggal. Bahkan, sekarang lagi booming tuh yang namanya Panggal. Kalau jaman saya kecil paling saya ingat adalah Gatrik. Permainannya yang menggunakan bambu dan batu bata.
Faizhal Rakha
Di Desa Ciranggon Kec. Majalaya, Tapi kebanyakan yang main Klereng. Itu juga kalo musimnya.
Yogi Iskandar
Sewaktu saya kecil saya sering maen Panggal. Yang sekarang juga anak-anak di kmpung saya masih sesekali memainkannya. Yang bentuknya seperti buyung..
Roger Oriont Barker
Asalamualaikum Wr.Wb. Saya roger yg beralamatkan d Desa Tempuran 3 Kp.Tempuran Kec. Tempuran 09/03 Kab. Karawang. Saya mau bercerita sedikit prngalaman saya waktu kecil/anak-anak.
Waktu kecil saya tuh paling senang sama permainan tradisional yang kalo orang Tempuran bilang mah namanya Gatrik. Gatrik adalah salah satu prmainan tradisional Karawang yang dimainkan dengan 2 grup, dimana yang satu main dan yang satu jaga. Alat yang digunakan pun sederhana, hanya menggunakan 2 buah tongkat berbeda ukuran, yaitu ada yang panjang dan ada juga yang pendek, dan kegunaan kedua tongkat itu berbeda, dimana yang panjang digunakan untuk memukul dan yang kedua untuk dipukul/dilontarkan sejauh mungkin agar grup yang jaga tidak bisa mencapainya, karena dipermainan ini semakin jauh dan semakin sulit grup yang jaga tidak bisa menggapainya semakin besar pula kesempatan grup yang main untuk menang.
Dan yang membuat saya senang sama permainan ini adalah ketika grup yang kalah akan menggendong grup yang menang. Sekian sedikit cerita dari saya, saya harap permainan-permainan tradisional bisa kembali terlihat, jangan sampai adat kita kalah sama adat luar yang sekarang merambah dengan sangat ganas (wuih ganas bro.  Hehe).
Kepada semua pihak yang telah turut campur, saya ucapkan banyak terima kasih telah mengingatkan saya dengan kenangan saya dulu. Bravo Karawang maju terus Karawang. Wasalamualaikum Wr.Wb.
Dhe Ulul Anak
Main Cor (Gatrik), tahu gak? Alatnya cuma pake kayu dua buah. 1 buah yang pendek dan 1 buah yang agak panjang. Cara mainnya cukup dengan sediakan tumpukan batu, lalu katu yang agak pendek disandarkan agar miring ditumpukan batu tersebut. Lalu kayu yang disenderkan diangkat dengan kayu yang 1 nya lagi dengan cara dicungkil. Setelah kayu melayang, puku kayu tersebut dengan sekuat-kuatnya hingga jauh dan jatuh. Siapa yang tidak memukul, dia menjaga untuk menangkap kayu yang dipukul tersebut. Maka bila kayu tertangkap, si pemukul kalah dan begitupun sebaliknya. Untuk yang kalah dia kena hukum menggendong yang menang.
Akh Kieu Weh
Kenangan waktos abi budak kapungkur mah aya geuning di abdi mah disebatna teh maen Tojo. Menggunakan teple (pecahan genting), tuluy dibaledogkeun. Anu eleh jadi ucing. Anu sejen nyarumput. Hahaha.. emang sesah jaman ayeuna mah permainan teh bersifat egosentris.
Safoed Stemper
Masa kecil saya, saya waktu kecil suka bermain Gatrik, Panggal, Congklak dan masihh banyak yang lainnya tentang permainan tradisional..
Aku Bukan Bayu
Maen Sorodot Gaplok kang.
Luph Rinz
Di kampung gw lagi musim euy maen Panggal dan Klereng sob!
Rafika Nur Aziza
Hmmm.. Bener banget, mainan tradisional waktu kecil udah ga ada lagi sekarang. Dulu sih permainan yang sering aku mainin itu Engkle. Cuma tinggal gambar petak-petak, Engkle dan patahan genting yang sudah tidak terpakai bisa menjadi permainan yang sangat mengasyikan. Bukan cuma itu, selain bermain juga ada manfaat lain seperti olahraga, konsentrasi dan ketajaman insting. Duh,bnerang kangen nich!
Muhammad Jumron
Aku jadi inget masa kecilku dulu, aku gemar sekali main Gala Asin, juga main Panggal dan main Dampu.
Tommy Villano
Tidak sedikit mainan tradisional menjadi ajang yang dikompetisikan, kita harus melestarikan dan mempunyai kreatifitas mengembangkannya sebagai aset tanah air, jangan sampai lagi-lago diklaim bangsa lain!
Iday Udah Gede
Heeh teu kos baheula, tapi di Rawamerta masih ada bung! Maen Gatrik. hehe.
Anton Fajar Wijaya
Waktu saya kecil mah banyak banget mainan masa kecil yang bisa dimainin. Kangen banget bisa lagi maen Gala Asin, Gatrik atau maen karet. Bahkan juga saya sering maen Perang Toel, atau Tembak-tembakan dari bambu dengan peluru kertas, pokoknya banyak banget maenan masa kecil yang sekarang ini jarang banget dimainin sama anak-anak kecil sekrang. Kangen masa kecil euy!
Acho Docun
Perang Bendera. Permainan ini adalah permainan saya dan teman-teman sewaktu kecil pada tahun 90-an. Permainan ini lebih pas pada malam hari dan tempatnya jauh dari keramain, seperti lapangan bola atau tempat yang sepi dan khusus laki-laki. Awal dalam permainan ini adalah membuat 2  kelompok dan 2 bendera, setelah itu bendera saling ditukarkan antar kelompok. Misi masing-masing kelompok adalah berjuang merebut kembali bendaranya, ini akan sulit sekali karena butuh strategi yang jitu, agar pejuang tidak tertangkap dan kemudian jadi sandra (tdk ada kekerasan, hanya seolah-olah dianiaya, agar lebih menjiwai permainan saja). Pejuang harus menyerang dan bersembunyi disemak-semak agar tidak tertangkap musuh dan lalu merebut benderanya kembli. Kelompok yang duluan meraih benderanya, merekalah yang menang. Sekian, permainan ini adalah permainan paling seru selama masa kecil saya. Terimakasih.
Sandika Alvian Giantend Bngedt
Waktu saya kecil saya suka maen Gatrik, Boy-Boyan dn Maen Teng Seor. Itu permainan yang asyik banget, lebih asyik dari maen Play Station dan game online.
Ibrahim Aji
Waktu kecil saya suka sekali main Panggal/Gasing. Saya ingat dulu membeli di tukang telor puyuh goreng di SD saya. Karena musiman, tukang tersebut membuat panggal juga sekalian menjajakan dagangannya kepada anak-anak. Namun sayangnya tidak ada lagi sekarang ini.
Zaka Rian Shori
Makasih kang udah ngingetin masa kecil dulu, jadi nostalgia nih! Sejenak balik lagi ka tahun 80-an. Bener banget Kang! Kaulinan asli daerah (tradisional) hampir tinggal cerita dan kenangan.kalau saya masih inget tuh yang namanya Gatrik. Mula-mula suit (sut jadih) dan yang menang main duluan,berbekal alat yang sederhana dibuat dari bilah bambu, ada 2 bagian yang satu panjang kira-kira 30 cm-an sebagai pemukul dan yang satu lagi panjangnya 10 cm-an sebagai alat yang dilemparkan memakai bambu yang panjang tadi dengan cara dipukul ujungnya yang diletakan diatas batu bata. Kalau ketangkap bilah bambu yang pendek tadi berarti gantian yang memukul dari anggota tim yang sama (biasanya 1 tim jumlahnya sama banyak), terus dipukul menjauh dari batu bata tadi hingga yang main udah kebagian semua lalu permainan berhenti dan balik lagi ketempat batu tadi tapi dengan cara yang kalah menggendong yang menang atau bila gak kuat gendong yang kalah dijewer sampai batu tdi.
Galah Asin. Kalo ditempat saya namanya Galah Kancang. Main Kelereng orang bilang main gundu, kalo saya bilangg Main Koleci/Kaleci dengan lapangannya segi tiga samakaki (tergantung banyaknya) ada istilah dus-dusan, colem (ikut main tapi gak ikut pasang kelereng).Ada lagi main kelereng pakai lubang (tanah legok), ada lagi permainan Leletongan, biasanya malam hari (mainnya grup-grupan), Sapitrong(permainan pake tali dari batang daun pisang). Indah tapi ngenes! Indah kalo kita kenang, ngenes karena terdegradasi menuju kepunahan.
Intan Prawestie
Waktu saya kecil suka bermain dengan teman, Permainan Congklak, yang terbuat dari plastik atau kayu. Bentuknya panjang terdapat 16 lubang. Masing-masing 7 lubang kecil sebgai lubang anak, dan masing-masing 1 lubang besar sebgai raja. Raja ditempatkan teratas dari anak buahnya. Posisi lubangnya seperti meja makan yang masing-masing 7 bangku berhadapn sebagai anak buah, masing-masing 1 bangku terpisah dari yang lain saling berhadapan sebagai raja. Bermain menggunakan biji asem tapi jika beli congklak plastik biasanya sudah dapat bijinya (98 biji). Yang masing 7 lubang kecil diberi 7 pcs. Hanya bisa dimainkan oleh 2 orang. Cara mainnya, pertama jalan bersamaan siapa yang jalannya lebih dulu terputus pada lubang yang kosong dia harus menunggu (kalah), teman yang mash jalan sampai temannya juga mendapatkan jalan buntu seperti bijinya jatuh pada lubang yang kosong miliknya yang berhadapan dengan lubang temannya tapi masih terisi biji (bisa dikatakan dia nembak poin temannya) atau bijinya jatuh pada lubang yang kosong juga. Dia harus berhenti jalan, kemudian pergantian lawan maennya yang jalan. Begitu seterusnya sampai biji/poin dilubang masing-masing habis. Siapa yang dapat poin paling banyak dan kesempatan jalan ada, dialah pemenangnya.
Itulah sekira pendeskripsian (mungkin pendekripsian yang kurang baik, mohon maaf ya!) Permainan Congklak yang sering saya mainkan waktu kecil. Sebenarnya masih banyak lagi permainan-permainan masa kecil yang waktu itu dimainkan seperti : Lompat Tinggi, Engkle/Demprak, Bola Bekel, Main Ningnang, Dampu dan masih banyak lagi. Saat-saat kecil adalah masa yang paling menyenangkan.
Wandi Akkerman
Waktu kecil saya sering main Gatrik sama teman-teman sekampung. Waktu itu saya masih kelas 3 SD. Siapa yang kalah dia yang harus menggendong yang menang sejauh kayu yang di lemparnya.. Waktu kecil juga saya pernah main yang namanya itu Bebeletokan. Tembakan yang terbuat dari bahan bambu dan berisikan peluru kertas..
Andi Ekha Rezkianah
Kalau saya mainan waktu kecil adalah bermain boneka dan bongkar pasang.. asyik sekali.. apalagi kalau main sama teman..
Rie Suka Chipuz
Hmm… Bener banget tuh! Sekarang saya udah jarang liat anak-anak Main Gundu (Kelereng), Gatrik, dsb. Kebanyakan yang dimaenin jaman sekarang mah PS.. PS. Waktu jamannya saya kecil mah, banyak banget permainan tradisional yang saya mainkan. Kaya Ular Naga (Permainan yang mencuri temen dari lawan), Benteng (Permainan ini menjaga benteng dari kita, ya intina mah maen kejar-kejaran gitu), Temprak (kalo di Karawang mah kayakna bilangnya Teple soalnya saya kecil di Bekasi), Main Kucing-kucingan, maen Gobak Sodor, Petak Umpet, maen Kelereng juga pernah…hehe..
Tapi, maenan favorit saya waktu kecil yaitu maen Bola Boy-Boyan (mainan ciptaan saya dan temen-temen sendiri) permainannya di bagi 2 grup gitu, ada yang jaga dan ada yang main, permainannya memakai bola buat main kasti plus 20 potongan genting/keramik. Seru deh pokonya… hm… jadi kangen sama masa kecil.
Septi Wulandari
Waktu kecil dulu, sering banget main Lompat Tali, Congklak, Egrang, Keleci/gundu, Monopoli, Bancakan.
Ichan Muhamad Irsan
Pepestolan yang terbuat dari bambu dengan lubang berdiameter 5 mm panjang bervariasi antara 15cm – 30 cm, pemicu menggunakan bambu seukuran diameter dan panjang laras, ada dorlok dan ada juga yg dibuatkan tempat amunisi langsung seperti senapan mesin bisa berisi 10-30 butir amunisi, amunisinya sendiri menggunakan buah Daroak, ada juga yg menggunakan kertas yang dihancurkan dengan air, tapi jenis ini hanya untuk Pestol Dorlok. Maaf bila kalimat kurang jelas.
Agus Saeful Mikdar
Gatrik, Dampu, Engklé, Téplé, Jarlu, Bénténg, Ular Naga, Meng-mengan.
Mahpudin Mapudin
Mainan masa kecil memang saat ini mungkin tergeser oleh radius jaman. Mainan dulu sudah tidak ditemukan lagi pada masa sekarang. Dulu masa kecil banyak mainan dintaranya main Galah, Gatrik, Petak Umpet (kalau orang Sunda mah : Maen Susumputan), Balap Mobil pake kulit jeruk, Kukudaan pakai bekas batang daun pisang. Wah, kalau mungkin banyak lagi tapi abdi hilap mungkin rerecangan nusanes bade nambihan. wasalam
Acoy Farel Mahendra
Maen Panggal nureseup, mun geus aya nu diangon. Lamun asup ka buleudan wayah na digeprek make batu kali nepi ka rangsak. Ceurik-ceurik tah. Hahaha..
Oejank Pino Tea
Nah maka dari itu jangan sampe direbut lagi seperti Reog. Teriakan Malaysia, can suck my dick. . . . .
Eko Bodhi Suprihanto
Wah benar sobat, mainan itu biarpun tradisional saya masih lebih senang memainkannya walaupun saat ini mungkin hanya melihat-lihat aja gak ikut main. Dalam permainan tersebut anak-anak benar-benar berinteraksi, walau kadang-kadang ada juga yang sampai ngambek kalo kalah, hehehehe..
Kalo permainan sekarang kurang bisa memupuk rasa kebersamaan, karena mereka semua terlalu asyik dengan monitor yang ada didepannya. Mudah2an permainan tersebut selalu ada dan tetap dimainkan oleh anak-anak. Hidup terus permainan tradisional!
Uzoy Pass
Mun di lembur abdi, nuju aralit sok maen Beubeuleutokan. Alatna tinu awi tamiang, diasupan daun kahitutan langsung dicolok… suanten na ngabeuleudag.. tah eta nuju kampungkur mah.
Dewie Yasmien
Abdi mah biasana amengan conglak tialit teh. Tapi da abdi mah ayeuna tos bosen.
Rakhmat Nuryono
Wah Gatrik mah bahaya, bisa kena muka orang tuh kayunya.
Desy Melinda Arifin
Dulu waktu Des kecil, sukanya maen Sapintrong, maenan yang terbuat dari karet-karet gelang yang dianyam kemudian menjadikannya seperti tali yang panjang. Uh seru!
RarRa ‘nobhira’ RarRa
Kalo Rha tuh sukanya maen Engkle, Congklak, Galasin, sama Bekles. Duuh.. jadi kengen uungz. Trus Hulahop, terbuat dari rotan dan berbentuk lingkaran. Bagus untuk pembentukan tubuh. Ooooh, jadi rindu masa-masa itu. Btw sekarang masih ada gak yah yang main Sapintrong ma Hulahop?? Atau anak-anak sekarang lebih suka games online?!
Karawang Tandang
Bandring ongkoh lur. Mari kita angkat kembali permainan yang udah lama hampir dilupakan anak-anak.
Iyunk Yulianti
Yapz! Aku turut prihatin sama anak-anak sekarang yang lebih suka maen game online atw PS dibanding maen mainan tradisinal. Aku seorang cewek yang dilahirkn disebuah desa di Purwakarta,waktu kecil suka banget maen Galah/Galasin/Gobak Sodor, maen Panggal/gasing. Main dampuh, bentengan, layngan dll. Mungkin karen perubahan dari jaman manual ke digital jadi anak-anak sekarang lebih suka mainan elektr0nik. Duuh.. Apa kita harus ngadain permainan tradisional agar tidak mati di makan jaman?!
Haidir Ali
Waduhh kalo gua udah trauma ama Gatrik ama Panggal, soalnya dulu pernah di kejar-kejar sama bapaknya temen gara-gara ngelempar gatrik ama panggal bukannya ke tanah malah ke muka anaknya. wakkakakk…
July Griels
Ehm, atuh abi mah maenana Congklak kadang Maen Seor. Ti Gundu. Duh kangen euy.
Egex Cupu
Maen kawin-kawinan. Hehehe.
Dindin Wahyudin Hidayat
Maen PS, eh salah baheula mah eweuh PS, tapi Nintendo hehe.. Maenna teh maen Mario. Wkakaka.
Idin Jalmi ‘aWam
Sumput Baledog kaci teu?
Restu Eko Purwanto Smde
Panggal kayaknya bentuknya teh macam-macam, ada yang bulat, oval, gepeng. Rupa-rupa weh pokokna. Dibuat dari kayu biasana mah kayu sisa produksi gitu, terus dibentuk sesuai yang kita inginkan lalu finishingnya di amplas, kalo mau bisa dicat, selesai itu kemudian kita buat talinya dari tali rapia yang dibentuk menyerupai tambah. Siap deh digunakan dengan cara tali itu dililitkan ke kepala panggal. Wer.. werr. werr panggal muterrrrrrrrrr.
Agustian BLues Ill’Rossoneri
Ayuk kitaa lestarikan lagi permainan tradisional.
Nia Humaeniah
Kalau Nia tuh seneng maen Emprak, Dampu, Kelereng, karet, dll. Tapi kehidupan anak-anak kecil sekarang sungguh prihatin, karena mereka sekarabg tidak mengenal maenan yang tradisi0nal. Walupun jaman sudah m0deren tapi kita jangan lupa dengan tradisi. Chayo Karawang!
Agung Nurrizal
Abdi mah biasa maen Upluk. Sok pasang… pasang… wkakaka.
Dodorobby Ismanto
@ KarIn : sekalian ama makanan/jajanan jadulnya dong seperti coklat superman, chiklet, chiki, saparilla, cocorico dll. Kalo permainan biasanya. permainan : Panggal, Bekel, Kelereng, Loncat Tujuh pake genteng. Maen Jarlu, beh dieuna aya gimbot semi digital sok di sewakeun di sakola. Sekalian ama acara tv-nya : Silverhawk, Oshin, ACI, Jendela Rumah Kita, Album Minggu, dll. Wah jadi kangen masa kecil nih.
Itachi Micorason’a Benx

Waktu kecil sering main Demprak, Bentengan, Karet Gelang, Panggal dan satu lagi yang bikin gua trauma, main perahu dari kadebongan pisang, eh gua malah hanyut. Hehehe.. Tapi seru sih, daripada anak jaman sekarang, maenannya Play Station (PS), Game OL, Hape, pada gak kenal sama maenan seusianya.. huft.
Dessy Firdaos
Babataliongan: maenna teh teple di entep di lempar ku bata. Ngalemparna giliran, mun teplena kena disusun kunu eleh nu lain nyumput. Terus Maen Engkle jeung Melay. Kamari mah ngenang masa kecil dipaenkeun deui jeung temen nu di lembur. Asyik euy!
M Suherman Agc
Tamtam dukuh sarelek dalima mata yembang mata yembing tangkap anak satu…beunang hayo. Tatit tut daun sampeu saha nu hitut bujurna ngambeu… hayo ngaku saha nu hitut yeuh?
Abdoel Rozack
Abi mah samasa kecilna sok mæn Benteng, Gatrik, Langlayangan, Kokoleceran, dll. Jadi hoyong ka masa alit deui euy, kangen!
Nining Suryani
“Bermain, merupakan kegiatan terarah yang melibatkan koordinasi otak, otot dna saraf.  Juga, memberikan kebebasan, kepuasan, kegembiraan terhadap psikis” – Semua jenis permainan yang tadi teman-teman sebutkan sudah jarang dilakukan anak-anak d usianya. Terkadang anak sekarabg sudah melakukan kegiatan yang bukan pada fasenya, karena dampak globalisasi. Keprihatinan teman-teman mohon direalisasikan saat dekat dengan anak atau keponakan, untuk mengenalkan metode-metode permainan tradisional, seperti yang saya lakukan, jangan biarkan globalisasi merenggut pertumbuhan & perkembangan anak-anak Indonesia. Arahkan merek ke arah yang semestinya. Good luck!
Mojang Ckp Mutzz
Aku kangen banget sama permainan-permainan waktu masih kecil. Walupun jadul, aku dan teman-teman masih punya banyak permainan yang menurut kami seru dab menyenangkan. Aku suka maen Congklak, Santang, Bola Bekel, Loncat Karet, Layangan, Kelereng, Panggal dan masih banyak lagi. Hampir semua permainan tradisional pernah aku coba. Hemmm.. Aku jadi inget betapa riang dan gembiranya kami ketika itu. Walau terkesan jadul dan jauh dari kata modern, tapi aku seneng lahir di jaman dimana aku masih bisa bermain permainan yang murah, bahkan ada yang tanpa biaya tapi tetap meriah dan bisa mengisi waktu luang kita. I game jadul.
Iedzho Aizo
Unyeng trmasuk gak? Wkakaka.
Neni Zahra
Maen Letong, Susumputan hayoh.! Hong. Maen Susan tea gening papanjang-panjang napas. Satu lagi Bekles.
Kanta Subagio

Mengulas Permainan Anak Tradisional mengingatkan kita di masa kecil, di kampung halamanku banyak sekali di jumpai. Namun seiring kemajuan jaman, hal tersebut sekarang sulit kita jumpai lagi, apalagi di daerah perkotaan tempatnya tidak mendukung lebih cenderung tergerus oleh permainaan yang serba modern. Sebetulnya permainan anak tradisional dapat menumbuh kembangkan nilai-nilai positif anak, menambah sikap kebersamaan, ketangkasan, olah tubuh/kesehatan, gotong royong, peduli terhadap sesama dan menambah nilai persahabatan yang erat. Permainan itu diantaranya: Panggalan, Gatrik, Boy-boyan, Sumpyung, Cor-coran, Petak Umpet, Hompimpa, Dam-daman, Sodor, Tangga-tanggaan dan masih banyak lagi. Kini hal tsb hanyalah memori yang tak kan terlupakan, dan harapan saya semoga dengan media ini, jajaran terkait dari pihak KARAWANG INFO dapat senantiasa mempublikasikan warisan-warisan kebudayaan tradisional daerah, agar hal tsb untuk dapat dicintai, digemari oleh anak-anak jaman sekarang.
Muhammad Fuad Hasyim
Gatrik, kelereng, panggal dll, msh bisa ko kita jumpai. Contohnya di kampung Fuad di Ciparage Jaya masih ada permaenan lama seperti itu. Walaupun gak semua anak-anak memainkannya. Kebanyakan anak-anak sini rela membayar sewa rental seperti PS dan permaenan canggih/moderen yang lainnya. Tapi, gak pada diriku, serentak aku ingn bernostalgia. Walau pun sama anak-anak kecil, aku jadi maenkan permaenan di jaman dulu. Kalau musim ujan gini, biasanya Panggalan yang sering aku jumpai disini. Jadi kangen deh sama jaman SD dulu. Demi Allah bikin aku terharu.
Duh inget banget waktu cari bahan kayu buat bikin Panggal. Sampe rela terjun ke pemakaman yang jauh ama lingkungan masyarakat. Dan yang bikin teringatnya, Almarhum kakek Fuaf yang bikin Panggalnya. Udah ah jadi makin jauh aja deh kenangannya.
Itulah sejumlah pengakuan, pengalaman, opini dan ulasan warga mengenai berbagai permainan tradisional. Ternyata, seperti yang diungkapkan banyak warga diatas, keberadaan permainan tradisional ini sudah semakin terkikis ditengah masyarakat. Salah satu sebabnya, jika kita bisa cek di lapangangan adalah diakibatkan oleh munculnya permainan-permainan dengan medium elektronik yang kemudian mereka sebut permainan modern. Play Station, Game Komputer dan Game Online (internet) adalah primadona di era sekarang. Sebagaimana dapat diketahui bersama, permainan era modern ini kebanyakan adalah produk dari luar.
Pentingnya untuk memasyarakatkan kembali berbagai permainan tradisional di masa sekarang, seperti yang diungkapkan sejumlah warga, tentunya bukan semata-mata untuk ajang nostalgia atau pun menjaga warisan masa lalu saja. Lebih jauh jika kita pelajari, permainan tradisional memiliki berbagai nilai positif baik dalam membentuk kepribadian seorang anak, maupun pada kaitannya dengan kesehatan.
Pada aspek kebribadian misalnya, budaya gotong royong, kreatifitas dalam membuat mainan sendiri, kebersamaan dan kerjasama tim adalah hal-hal yang bisa dipelajari dan ditumbuhkembangkan dalam permainan tradisional. Sebaliknya, pada permainan modern, sifat individualis dan instan adalah yang cenderung dikedepankan. Begitupun pada aspek kesehatan, permainan tradisional rata-rata mengarah pada olahraga yang tentunya menyehatkan. Jika pun ada effek negatif, biasanya cenderung ke arah fisik, seperti benjol dan luka ringan lainnya. Sedangkan permainan modern dengan medium komputer misalnya, selain cenderung merusak mata jika berlebihan, juga bisa berpengaruh pada syaraf otak.
Adapun dalam kaitannya dengan memasyarakatkan atau mempopulerkan kembali berbagai jenis mainan tradisional ini, maka menjadi pekerjaan bersama bagi yang peduli terhadap permainan tradisional atau kaulinan budak ini untuk bersama-sama memasyarakatnya kembali. Di dalam keluarga, rumah dan lingkungan terdekat. Pada adik, anak, tetangga dsb. Karena, seperti yang diungkapkan pakar budaya, bahwa sebuah kebudayaan atau tradisi akan bertahan selama masih ada pelakunya dan sebaliknya akan benar-benar punah jika tidak ada lagi pelakunya